Tembakan terakhir MJ (untuk Bulls)
" That may have been, who knows what will unfold over the next several months, but that may have been the last shot Michael Jordan will ever take in the NBA." - Bob Costas-
sumber: pinterest Sportsillustrated.cnn.com |
Game ke 6 NBA Finals Bulls v Jazz tahun 1996. Salah satu game bahkan series terketat yang pernah ada. Game ini begitu membekas pikiran gw, dan melalui tulisan ini gw mau share lagi tentang (yang seharusnya) tembakan terakhir MJ untuk Bulls.
Hari itu hari Senin, gw lupa tanggalnya, tapi yang pasti itu Senin pagi. Pada waktu itu gw baru lulus SMA, jadi Senin pagi itu gw di rumah. Just like others teenager back then, gw tentunya fans Bulls dan Jordan. Who doesn’t want to be like Mike? Di awal pertandingan, cedera punggung Pippen kambuh, sehingga Jordan harus mengangkat timnya sendirian. Bermain di kandang Jazz yang konon salah satu tempat dengan tingkat desibel yang tinggi, tidaklah mudah. Sebagai info, Delta Center (kandang Utah Jazz) pernah mencatat rekor decibel sebesar 110 desibel. Mau tau sekeras apa 110 desibel? Seperti suara pesawat Jet mau take off. Bayangin bermain dengan tingkat kebisingan seperti itu.
Singkat cerita Bulls nyaris tidak pernah memimpin sepanjang
pertandingan. Di babak pertama mereka tertinggal 45-49, dan memasuki quarter
terakhir Bulls tertinggal 61-66. Di quarter ke empat pertandingan mulai sedikit
berubah. Meskipun masih menjaga keunggulan. Setelah sempat menyamakan kedudukan
83-83 di menit terakhir, Stockton melesakan tinggal angka untuk membawa Jazz
unggul 86-83 dengan 41.9 detik tersisa. Here’s
when the drama happened!
Gw masih inget gimana tegangnya perasaan gw waktu itu dan sedikit kesel. Karena di bayangan gw setelah skor 83-83, Bulls akan ambil alih dan menang. Maka begitu Stockton nembak tiga dan masuk, ah man! Time-out Chicago Bulls. Biasanya dalam pertandingan seketat ini, dengan possession di kita dan tertinggal tiga angka dengan waktu yang mepet, opsi yang di ambil adalah ambil tembakan tiga angka. For obvious reason. Jika kita ambil opsi untuk dua angka, maka lawan akan memegang kendali di possession berikutnya. Dan memiliki kans menang lebih besar karena mereka unggul 1 angka plus possession. Anehnya opsi dua angka yang di ambil oleh Chicago Bulls. Di menit terakhir, biasanya time out akan menghasilkan inbound pass dari tengah lapangan. Jordan menerima inbound pass dan langsung menerobos untuk melakukan quick layup. 85-86 masih untuk Jazz.
Seperti yang gw bilang tadi, possession berada di tangan Jazz dengan sekitar sisa waktu 30 detik. Di sini Jazz menurut gw terlalu maksa untuk scoring, meskipun untuk keuntungan Bulls. Mereka bisa saja membuang waktu permainan sebelum melakukan shot, mereka justru mengoper bola ke Malone yang post-up di jaga oleh Rodman. Menerima passing dari Hornacek yang melakukan screen, Malone berpikir Jordan akan mengikuti gerakan Hornacek, ternyata tidak. STEAL! Dengan waktu 18.9 detik tersisa.
Hornacek screens across. Malone to the post. Malone...stripped by Michael, to the floor, stolen by MJ! Michael the steal! 16 seconds left, Bulls down one...Michael against Russell, 12 seconds...11...10. Jordan, Jordan, a drive, hangs...fires...SCORES! HE SCORES! The Bulls lead 87-86 with five and two-tenths left, and now they're one stop away! Oh my goodness...oh, my goodness!-Neil Funk-
Gw masih inget bagaimana gw melompat-lompat dan tangan gw mengenai lampu Kristal di rumah gw. Dramatis! Gw mungkin baru saja menyaksikan moment legendaries. Jazz mengambil time out, bola ke tangan Stockton, mencoba menembak tiga angka (dia bukan Stephen Curry, untungnya) dan gagal! Michael Jordan melompat tinggi, kedua tangan terangkat ke atas memberi dengan lima jari terbuka di satu tangan dan jari telunjuk terbuka di tangan lain, menandakan gelar ke enam.
It would have been a perfect ending for a perfect story. Sampai MJ memutuskan comeback dan bergabung di Washington Wizard.
Comments
Post a Comment